![]() |
Pantai Kora kora |
Mendengar sebutan kata Kora Kora
pikiran kita langsung tertuju pada bentuk Perahu berukuran sedang yang terbuat
dari Kayu ,yang waktu itu banyak di buat pada zaman pemerintahan Belanda yang
telah lama menduduki tanah minahasa.
Perahu tersebut memiliki banyak Faedah yang
tidak sedikit terhadap Mereka, termasuk di saat berlangsungnya peristiwa
Perang Tondano dalam kurun waktu satu Tahun yaitu 1889 hingga 1890.
Waktu itu hampir seluruh jalur
Hubungan di laut,Danau maupun sungai mayoritas di dominasi oleh perahu
tersebut.
perlu di ketahui juga Perang Tondano merupakan
salah satu babak Episode penting yang tercatat dalam Sejarah perkembangan
berdirinya kota Tondano, di ujung Timur Minahasa yang lokasinya tidak begitu
jauh dari pusat pemerintahan Kota,
terdapat pantai yang memiliki
andil begitu penting dalam menggerakan kegiatan Perekonomian,
selain misi penyebaran Kristen protestan dalam kota di sana yang waktu itu
masih di bawah kendali sepenuhnya oleh pihak Belanda, sempat di dirikan
pelabuhan alami dalam skala kecil atas inisiatif mereka sendiri.
Menurut mereka posisinya sangat
strategis jika di fungsikan sebagai area pengiriman dan penyuplai
berbagai bahan-bahan penting karena sering-seringnya perahu itu berlabuh di
sana.orang-orang waktu itu langsung mengidentikan pelabuhan bersama eksistensi
perahu tersebut sebagai labuhan kora-kora atas beberapa pertimbangan.
Labuhan Kora-Kora sesuai Nama pantai
tersebut,dalam perang Tondano banyak memegang peranan penting dalam hal
ini pihak belanda sebagai pengguna, pasokan kebutuhan krusial seperti
Logistik,Alat-Alat perang dan Suplay Pasukan termasuk juga beberapa perahu yang
akan di pakai di Danau, dikirim langsung dari Ternate sebagaii pusatnya banyak
bergantung dari Labuhan ini.
Keindahan panorama dan posisi
strategisnya banyak di kagumi orang sejak zaman belanda,termasuk Zchwarz dan
Riedel dua Tokoh penting yang telah banyak berjasa dalam penyebaran
Kristen Protestan di Minahasa.
Mereka lebih memilih pelabuhan ini
dalam melakukan misinya sebagai tempat berlabuh atas perintah Zending Belanda
yang berpusat di Batavia.
Dalam folklore masyarakat setempat
yang bermukim tidak jauh dari pantai Labuan kora kora menyebutkan bahwa,Bajak
laut Mangindano atau yang di kenal ganas berasal dari Pulau Mindanao
Philipin yang biasa di sebut masyarakat di sana sebagai Mepopuis sempat
beberapa kali mengadakan Penyerangan-Penyerangan sporadis dengan tujuan
merampok yang mengakibatkan engganya mereka menetap di sana berlama
lama,sehinnga lebih memilih mengungsi ke dataran lebih tinggi yg berjarak 3 km
dri posisi awal yang mereka namakan Binuangan merupakn cikal bakal Wanua
Kapataran guna menyelamatkan nyawa mereka masing-masing.
Pada saat Perang Pasifik berkecamuk
lokasi Pantai ini juga tidak luput dari kejadian tersebut hal ini bisa di lihat
dari beberapa Bunker- bunker peningalan pasukan Jepang terdapat di sana yang
mengindikasikan bahwa pihak Jepang sempat bertahan dan bercokol di sana cukup
lama, demi mempertahankan supremasinya.Bukti-bukti adanya bekas Wanua tersebut
bisa kita lihat dari beberapa artefak yang terkubur dalam Tanah bersama
beberapa kuburanTua
Potensi wisata bahari dan sejarah pantai
labuan kora-kora memiliki prospek yang luar biasa bagusnya, jika seandainya
Pemerintah Otoritas setempat serius di barengi Itikad baik untuk membenahinya
agar mampu memberikan niai tambah yang tidak sedikit terhadap seluruh Aspek
kehidupan Masyarakat setempat termasuk Kesejahteraanya, saat ini Pemerintah
lagi gencar-gencarnya mempromosikan daerah sebagai Pilar Industri Pariwisata
pulau Sulawesi di ujung Utara demi mendongkrak APBD semoga untuk kedepan pantai
tersebut bisa memiliki andil dalam memuluskan Program Tersebut.