Nikel adalah logam transisi yang bersifat lunak, mudah dibentuk, tahan korosi, dan memiliki kemampuan tinggi untuk menahan panas. Logam ini memiliki nomor atom 28 pada tabel periodik dan simbol kimia Ni.
Nikel memiliki banyak kegunaan dalam industri, antara lain
sebagai bahan baku untuk pembuatan stainless steel, baterai, katalis, dan
komponen elektronik seperti kawat listrik, resistor, dan kapasitor. Selain itu,
nikel juga digunakan dalam produksi senjata api, mesin, dan peralatan medis.
Sebagai bahan baku untuk pembuatan stainless steel, nikel
memberikan kekuatan dan ketahanan korosi yang lebih tinggi daripada baja biasa.
Stainless steel sering digunakan dalam pembuatan peralatan dapur, pipa, dan
struktur bangunan, serta dalam industri minyak dan gas.
Nikel juga digunakan dalam pembuatan baterai, termasuk
baterai nikel kadmium dan baterai nikel logam hidrida. Baterai ini umumnya
digunakan dalam aplikasi elektronik portabel seperti ponsel, kamera digital, dan
laptop.
Selain itu, nikel juga digunakan dalam katalis untuk proses
kimia tertentu, seperti proses hidrogenasi dan pengolahan gas alam. Katalis
nikel juga digunakan dalam produksi amonia dan metanol.
Nikel dan Tesla
Tesla adalah produsen mobil listrik yang menggunakan baterai
lithium-ion sebagai sumber daya untuk kendaraannya. Kebutuhan nikel untuk
pabrik Tesla terutama berkaitan dengan produksi baterai lithium-ion yang
digunakan pada mobil listrik dan produk energi terbarukan seperti Powerwall dan
Powerpack.
Pabrik Tesla di Nevada, yang dikenal sebagai Gigafactory 1,
merupakan pabrik baterai terbesar di dunia dan memiliki kapasitas produksi
sekitar 35 gigawatt-jam per tahun. Untuk mencapai target produksi tersebut,
Tesla membutuhkan sejumlah besar bahan baku, termasuk nikel.
Kebutuhan nikel untuk produksi baterai lithium-ion dapat
berbeda tergantung pada jenis baterai dan teknologi yang digunakan. Namun, pada
umumnya, baterai lithium-ion yang digunakan pada mobil listrik membutuhkan
kandungan nikel yang tinggi untuk mencapai kinerja dan daya tahan yang optimal.
Sebagai contoh, baterai lithium-ion yang digunakan pada
Tesla Model S dan Model X memiliki kandungan nikel sekitar 8-10% dari berat
total baterai, sementara baterai yang digunakan pada Model 3 dan Model Y
memiliki kandungan nikel sekitar 3-4%. Namun, Tesla sedang mengembangkan
baterai baru yang disebut "4680" yang menggunakan kandungan nikel
yang lebih rendah namun memiliki kinerja yang lebih baik.
Oleh karena itu, Tesla membutuhkan pasokan yang stabil dan
terjangkau dari nikel untuk memproduksi baterai secara massal. Saat ini, Tesla
terus mencari cara untuk mengurangi biaya produksi baterai dan meningkatkan
efisiensi penggunaan bahan baku termasuk nikel, sehingga dapat memenuhi
permintaan pasar yang semakin meningkat untuk kendaraan listrik dan produk
energi terbarukan.
Berikut adalah beberapa negara penghasil nikel terbesar di
dunia berdasarkan data produksi tahun 2021 dari US Geological Survey:
1. Indonesia
- 800,000 metrik ton
2. Filipina
- 360,000 metrik ton
3. Rusia -
235,000 metrik ton
4. Kanada -
170,000 metrik ton
5. Australia
- 170,000 metrik ton
6. Norwegia
- 33,000 metrik ton
7. Kuba -
31,000 metrik ton
8. Afrika
Selatan - 28,000 metrik ton
9. Brasil -
22,000 metrik ton
10. New
Caledonia - 20,000 metrik ton
Perlu diingat bahwa produksi nikel dapat berubah dari tahun
ke tahun, tergantung pada berbagai faktor seperti fluktuasi harga komoditas,
permintaan global, kondisi lingkungan, dan faktor lainnya.