Sejarah Israel pernah mengalami masa penjajahan oleh Inggris pada periode yang dikenal sebagai Mandat Palestina. Mandat Palestina adalah suatu wilayah yang diberikan kepada Inggris oleh Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920, setelah berakhirnya Perang Dunia I dan runtuhnya Kekaisaran Utsmaniyah.
Inggris mendapatkan mandat ini atas dasar "Piagam Liga
Bangsa-Bangsa," yang memberikan wewenang kepada Inggris untuk mengelola
wilayah Palestina, yang mencakup wilayah yang saat ini menjadi Israel, Tepi
Barat, Jalur Gaza, dan Yordania, untuk memajukan kesejahteraan penduduknya dan
mempersiapkan mereka untuk pembentukan negara-negara mandiri di masa depan.
Namun, pemberian mandat kepada Inggris tidak berjalan mulus.
Konflik antara Yahudi dan Arab di wilayah tersebut semakin meningkat sepanjang
periode mandat. Inggris menghadapi berbagai perlawanan dari kedua pihak,
termasuk pemberontakan Arab pada tahun 1936-1939 dan serentetan serangan
terhadap pasukan Inggris oleh kelompok militan Yahudi seperti Irgun dan Lehi.
Pada tahun 1947, Inggris memutuskan untuk mengakhiri mandat
dan menyerahkan masalah Palestina kepada PBB. PBB mengusulkan pembagian wilayah
Palestina menjadi dua negara, yaitu satu negara Yahudi dan satu negara Arab,
dengan Jerusalem menjadi kota internasional. Meskipun usulan ini diterima oleh
pihak Yahudi, namun ditolak oleh pihak Arab, yang menganggapnya sebagai
pengkhianatan terhadap hak-hak mereka.
Pada tanggal 14 Mei 1948, sehari sebelum mandat Inggris
berakhir, negara Israel yang baru didirikan secara resmi mengumumkan
kemerdekaannya. Hal ini diikuti oleh serangan dari sejumlah negara Arab
sekitarnya yang menolak pembentukan negara Israel, dalam apa yang kemudian
dikenal sebagai Perang Arab-Israel 1948.
Dengan berakhirnya mandat Inggris, Israel menjadi negara
merdeka dan mandiri. Namun, konflik antara Israel dan negara-negara Arab
tetangganya berlanjut hingga saat ini, dengan isu teritorial dan status
Palestina menjadi salah satu sumber ketegangan di Timur Tengah.
Perang Arab-Israel 1948: Setelah Israel mengumumkan
kemerdekaannya, negara-negara Arab sekitarnya, seperti Mesir, Yordania, Suriah,
Lebanon, dan Irak, menyerang Israel dalam upaya untuk mencegah pembentukan
negara Yahudi tersebut. Perang ini berlangsung selama beberapa bulan dan
berakhir pada tahun 1949 dengan Israel berhasil mempertahankan eksistensinya
dan memperluas wilayahnya, sementara Tepi Barat dikuasai oleh Yordania dan
Jalur Gaza dikuasai oleh Mesir.
Perang Sinai 1956: Israel bersekutu dengan Britania Raya dan
Prancis dalam invasi terhadap Semenanjung Sinai yang saat itu dikuasai oleh
Mesir. Tujuan Israel dalam perang ini adalah untuk membuka kembali Selat Tiran
yang telah ditutup oleh Mesir dan mengakhiri serangan terhadap wilayah
perbatasan Israel. Meskipun berhasil mencapai tujuannya, namun tekanan
internasional memaksa Israel, Britania Raya, dan Prancis untuk menghentikan
operasi mereka.
Perang Enam Hari 1967: Perang ini merupakan konflik besar
antara Israel dan negara-negara Arab, yaitu Mesir, Yordania, dan Suriah. Perang
ini dimulai pada 5 Juni 1967 dan berlangsung selama enam hari, di mana Israel
berhasil merebut wilayah Tepi Barat, Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, dan Dataran
Tinggi Golan dari negara-negara Arab tersebut. Perang Enam Hari memiliki dampak
besar terhadap sejarah Israel dan konflik Israel-Palestina, termasuk penguasaan
Israel atas Tepi Barat dan Jalur Gaza yang menjadi sumber ketegangan hingga
saat ini.
Perjanjian Damai Israel-Mesir 1979: Pada tahun 1979, Israel
dan Mesir menandatangani Perjanjian Damai di bawah mediasi Amerika Serikat.
Perjanjian ini mengakhiri secara resmi konflik antara kedua negara dan mengakui
eksistensi negara Israel oleh Mesir. Sebagai bagian dari perjanjian ini, Israel
menarik diri dari Semenanjung Sinai yang telah direbut pada Perang Enam Hari,
dan hubungan diplomatik antara Israel dan Mesir dimulai.
Perjanjian Damai Israel-Yordania 1994: Pada tahun 1994,
Israel dan Yordania menandatangani Perjanjian Damai yang mengakhiri secara
resmi konflik antara kedua negara dan mengakui eksistensi negara Israel oleh
Yordania. Perjanjian ini memperbaiki hubungan bilateral antara kedua negara,
termasuk kerjasama ekonomi dan keamanan.
Konflik Israel-Palestina: Konflik antara Israel dan
Palestina terus berlanjut hingga saat ini, melibatkan sengketa teritorial,
status Yerusalem, pemukiman Israel di Tepi Barat, dan hak-hak rakyat Palestina.
Upaya perdamaian dan solusi dua negara telah di
usulkan oleh berbagai pihak, termasuk upaya mediasi oleh
komunitas internasional, namun hingga saat ini belum ada solusi yang dapat
mengakhiri konflik ini secara definitif.
Pembentukan Negara Palestina: Selama sejarah Israel,
terdapat upaya untuk membentuk negara Palestina yang merdeka di wilayah Tepi
Barat dan Jalur Gaza, yang diakui secara internasional sebagai wilayah yang
dihuni oleh rakyat Palestina. Beberapa upaya telah dilakukan, seperti
perjanjian Oslo pada tahun 1993 yang mencanangkan pencapaian solusi dua negara,
namun hingga saat ini pembentukan negara Palestina masih belum terwujud.
Pembangunan Ekonomi dan Teknologi: Meskipun terlibat dalam
konflik yang kompleks, Israel berhasil mencapai kemajuan ekonomi dan teknologi
yang signifikan. Negara ini dikenal sebagai "The Start-up Nation"
karena menjadi pusat inovasi dan teknologi yang berkembang pesat. Israel telah
mengembangkan industri tinggi seperti teknologi informasi, bioteknologi,
farmasi, dan energi terbarukan, serta memiliki hubungan perdagangan dan
kerjasama dengan banyak negara di dunia.
Demikianlah beberapa peristiwa dalam sejarah Israel setelah
masa penjajahan Inggris. Konflik Israel-Palestina menjadi salah satu isu yang
kompleks dan belum terselesaikan hingga saat ini, sementara Israel terus
menghadapi tantangan politik, keamanan, dan ekonomi dalam upaya membangun dan
mempertahankan eksistensinya sebagai negara merdeka.